Wednesday, August 24, 2011

tehnik pengambilan keputusan



Etika Dalam Pengambilan Keputusan

1.      Pengertian Etika
Etika merupakan kode yang berisi prinsip-prinsip yang mengatur perilaku seseorag atau kelompok terkait dengan hal yang benar atau salah. Ada tiga kategori etika, yaitu Domain hukum yang dikodifikasikan, Domain Etika dan Domain Pilihan bebas. Domain hukum yang dikodifikasikan, menempatkan nilai-nilai dan standart tertulis menjadi sistim hukum dan ditegakkan di dalam pengadilan, dan kepatuhan adalah untuk hukum yang telah ditetapkan dalam sistem hukum. Domain Etika tidak memiliki hukum khusus , namun memiliki standar tingkah laku yang berdasakan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dianut bersama mengenai tingkah laku moral yang menuntun seseorang atau perusahaan. kepatuhan adalah untuk standard dan norma yang tidak dapat dipaksakan yang sebenarnya diketahui oleh seorang perusahaan. Domain Pilihan Bebas, menunjukkan perilaku di mana hukum tidak berlaku dan setiap orang dan organisasi menikmati kebebasan secara penuh. Kepatuhan hanyalah untuk seoerang individu.
Standar etika yang tidak di kodifikasi menyebabkan munculnya ketidaksepakatan dan dilema etika. Dilema etika adalah situasi di mana setiap alternatif pilihan atau perilaku tidak di ingikan karena adanya potensi konsekuensi yang merugikan.




2.      Kriteria Pengambilan Keputusan
Dilema etika yang sering membuat manajer kebingungan dapat diselesaikan dengan pendekatan normative. Beberapa pendekatan dalam etika normatif yang dapat menjelaskan nialai-nilai untuk memandu pengambilan keputusan beretika adalah :
a)      Pendekatan utilirian menyatakan bahwa perilaku moral menghasilkan kebaikan paling utama dengan jumlah sebesar mungkin. Pengambil keputusan diharapkan untuk mempertimbangkan pengaruh setiap keputusan terhadap seluruh pihak dan memilih salah satu yang mengoptimalkan kepuasan sebagian besar orang.
b)      Pendekatan Individualisme, menyatakan bahwa tindakan akan dianggap bermoral jika mempromosikan kepentingan jangka panjang terbaik seseorang. Tindakan ini dimaksudkan untuk menghasilkan rasio kebaikan terhadap keburukan yang lebih besar lagi bagi seseorang di bandingkan dengan alternatif lain.
c)      Pendekatan moral, menyatakan bahwa umat manusia memiliki hak dan kebebasan yang fundamental yang tidak dapat diambil alih berdasarkan keputusan seseorang. Keputusab yang paling baik dalam mempertahankan hak orang-orang yang dipengaruhi oleh keputusan tersebut. Enam hak moral yang harus di perhatikan saat pengambilan keputusan adalah hak untuk memberikan konsensi, hak untuk privasi, hak kebebasan menganut kepercayaan, hak kebebasan berbicara, hak memperoleh keadilan dan hak untuk hidup dan memperoleh keselamatan.
d)      Pendekatan Keadilan,menyatakan bahwa keputusan moral harus pada standar kesetaraan, keseimbangan dan keadilan. Ada tiga jenis keadilan, yang pertama adalah keadilan distribusi yang menyatakan bahwa peerlakuan berbeda terhadap seseorang tidak boleh berdasarkan karakteristik sifat arbitrer. Yang kedua adalah keadilan procedural yang menharuskan aturan untuk dijalankan secara adil, dinyatakan dengan jelas dan di berlakukan secara konsisten dan seimbang.
e)      Yang terakhir adalah keadilan kompensasi yang menyatakan bahwa seseorang harus memperoleh kompensasi atas biaya kerugian yang dialami dari pihak yang bertanggung jawab dan seseorang tidak boleh dianggap bertanggung jawab atas hal-hal yang tidak dapat dikendalikan.
3.      Faktor yang Mempengaruhi Pilihan-Pilihan Etis
Prktik bisnis yang etis atau tidak etis biasanya mencerminkan nilai, tingkah laku, keyakinan dan pola perilaku budaya organisasi, maka etika dapat pula di sebut sebagai isu organisasi. Maka munculah hal-hal yang dapat menjadi faktor penetu kebersamaan manajer dan organisasi dalam mempengaruhi pengambilan keputusan yang etis.
Manajer merupakan satu figur yang memiliki pengaruh baik dari sisi kepribadian dan perilakunya terhadap pekerjaan. Satu karakter pribadi manajer yang penting adalah tahap perkembangan moral. Tahap pertama adalah Tahap Prakonvensional, dimana individu memperhatikan penghargaan dan hukuman dari eksternal dan mematuhi otoritas untuk menghidari konsekuensi pribadi. Tahap yang kedua adalah Tahap Konvensional, dimana orang mulai belajar untuk memenuhi ekspektasi perilaku yang baik seperti yang dimaksudkan oleh orang-orang terdekat. Tahap paling puncak adalah Tahap Pascakonvensional, menunjukkan sekummpulan individu yang di pandu oleh sekumpulan nilai dan standar internal dan bahkan melanggar aturan yang bertentangan dengan pirnsip ini. Orang yang berada pada tahap ketiga ini mampu bertindak sesuai dengan perilaku etis yang bebas, apapun konsekuensi akan mereka terima.
Nilai-nilai yang diadopsi dalam suatu organisasi merupakan hal yang penting, maka tugas setiap orang dalam organisasi itu adalah memenuhi kewajiabn dan harapan pihak lain. Dalam organisasi pengaruh yang paling penting dalam perilaku etis adalah norma dan niali tim, departemen, dan organisasi secara keseluruhan. Budaya dapat diamati untuk melihat jenis-jenis signal etika yang diberikan kepada para karyawan. Standar etika yang tinggi dapat di tegaskan dan dikomunikasikan melalui penghargaan publik atau upacara resmi. Selain itu yang dapat mempengaruh pengambilan keputusan secara etis adalah aturan dan kebijakan eksplisit, system penghargaan, perhatian terhadap karyawan, system seleksi, pengambilan keputusan dan penekanan standar hukum, profesionalitas dan proses kepemimpinan.
4.      Tanggung jawab sosial
Kewajiban sosial merupakan kewajiban manajemen untuk membuat pilihan dan mengambil tindakan yang akan memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan dan kepentingan masyarakat serta organisasi itu sendiri. Adanya perbedaan keyakinan dari tiap individu menyebabkan tanggung jawab sosial menjadi sebuah hal yang susah untuk di pahami.selain itu, tanggung jawab sosial menyangkut beberapa isu dan kebanyakan diantaranya merupakan hal yang bersifat ambigu terkait dengan benar dan salah. Maka makin sukar untuk menarik suatu keismpulan dari sebuah tindakan tersebut.
  1. Pihak Berkepentingan dalam organisasi
Dari perspektif tanggung jawab sosial, organisasi mendapat pencerahan memandang lingkungan internal dan eksternal sebagai pihak yang berkepentingan atau stakeholders. Masing-masing stakeholders memiliki kriteria responsif yang berbeda karena mereka memiliki kepentingan yang berebeda terhadap organisasi. Stakeholder utama bagi sebuah perusahaan adalah investor, pemegang saham, karyawan, pelanggan dan pemasok. Selain itu masih ada pemerintah yang dan masyarakat yang turut menjadi pihak-pihak yang berkepentingan bagi suatu perusahaan.
Organisasi yang memiliki tanggung jawab sosial mempertimbangkan pengruh tindakan mereka bagi seluruh kelompok stakeholder dan dapat menginvestaikan sejumlah besar pemberian kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tanggung jawab sosial menjadi isu utama karena kalangan bisnis dan masyarakat mengakui kerusakan yang ditimbulakn terhadap lingkungan alam.
6.      Lingkungan Alam
Hubungan antara perusahaan dan aktivis lingkungan telah bergeser dari bentuk pertentangan menjadi kolaborasi. Empat puluh delapan perusahaan secara sukarela memberikan respons terhadap panduan yang telah ditetapkan koalisi untuk perekonomian yang beratnggung jawab terhadap lingkungan. Perusahaan besar bergabung dalam pertarunagn melawan pemanasan global dengan memperhitungkan gas rumah kaca dan mengubah kebijakan usaha untuk mengurang emisi. Satu model yaitu shades of green dapat menginspirasi untuk mengevaliasi komitmen suatu perusahaan terhadap tanggung jawab lingkungan.
Menurut pendekatan legal, organisasi cukup melakukan apa yang diperlukan untuk memenuhi ketentuan hukum. Secara umum manajer dan perusahaan harus menunjukkan perhatian terhadap isu-isu lingkungan. Nuansa yang kedua adalah pendekatan pasar, yang menunjukkan kesadaran dan sensitifitas terhadap masalah-masalah lingkungan yang meningkat, terutama untuk para konsumen. Nuansa yang ketiga adalah pendekatan pihak yangberkepentingan, dimana perusahaan berupaya menjawab pertanyaan persoalan lingkungan yang diajukan oleh berbagai kelompok pihak yang berkepentingan. Nuansa yang paling puncak adalah pendekatan aktivis, dimana organisasi secara efektif mencari cara untuk melakuakan konservasi sumber daya di bumi.
7.      Mengevaluasi KInerja Sosial Perusahaan
Keseluruhan tanggung jawab sosial perusahaan dapat dibagi menjadi empat kriteria. Pada dasarnya, pembagian ini hampir sama dengan pembagian domain etika. Hanya saja pada kriteria tanggung jawab sosial terdapat kategori ekonomi, karena laba merupakan alas an utama keberadaan suatu perusahaan. kategori tersebut adalah tanggung jawab ekonomi, legal, etika dan diskresi.
Tanggung jawab ekonomi suatu perusahaan adalah menghasilkan barang dan jasa yang diinginkan masyarakat dan memaksimalkan keuntungan untuk pemilik dan pemegang saham. Tanggung jawab legal suatu perusahaan adalah memenuhi tujuan ekonomi mereka di dalam kerangka hukum. Tanggung jawab etika suatu perusahaan merupakan menunjukan perilaku yang tidak perlu dikodidikasikan menjadi hukum dan mungkin saja memenuhi kepentingan ekonomi langsung perusahaan. perilaku yang tidak etis terjadi ketika keputusan yang ada memungkinkan seseorang atau perusahaan mendapat keuntungan dari kerugian yang dialami oleh sebagian besar orang lain atau masyarakat. Tanggung diskresi bersifat sukarela dan dipandu oleh keinginan perusahaan untuk melakukan kontribisi sosial yang tidak diwajibkan oleh ekonomi, hukum atau etika.

No comments:

Post a Comment